Video rekaman canda tawa peserta pelatihan dikala waktu rehat materi pembuatan BLOG. Peserta mengungkapkan betapa susahnya membuat blog beserta kontennya pada saat itu. Video ini diambil malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, peserta masih menunjukkan semangatnya mengenal dan membuat blog.
Minggu, 02 Januari 2011
Canda Tawa Peserta
Video rekaman canda tawa peserta pelatihan dikala waktu rehat materi pembuatan BLOG. Peserta mengungkapkan betapa susahnya membuat blog beserta kontennya pada saat itu. Video ini diambil malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, peserta masih menunjukkan semangatnya mengenal dan membuat blog.
Sabtu, 01 Januari 2011
Hakekat Psikologi Islam
Hakekat psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: “kajian Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia, agar secara sadar ia dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.”
Hakekat definisi tersebut mengandung tiga unsur pokok keilmuan. Pertama, bahwa psikologi Islam merupakan salah satu dari kajian masalah-masalah keislaman. Ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain, seperti Ekonomi Islam, Sosiologi Islam, Politik Islam, Kebudayaan Islam, dan sebagaianya. Penempatan kata “Islam” di sini memiliki arti corak, cara pandang, pola pikir, paradigma, atau aliran. Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memilili pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi dalam Islam, sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.[5]
Tentunya hal itu tidak terlepas dari kerangka ontologi (hakekat jiwa), epistimologi (bagaimana cara mempelajari jiwa), dan aksiologi (tujuan mempelajari jiwa) dalam Islam. Melalui kerangka ini maka akan tercipta beberapa bagian psikologi dalam Islam, seperti Psikopatologi Islam, Psikoterapi Islam, Psikologi Agama Islam, Psikologi Perkembangan Islam, Psikologi Sosial Islam, dan sebagainya.
Kedua, bahwa Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-ruh, al-nafs, al-kalb, al-`aql, al-dhamir, al-lubb, al-fu’ad, al-sirr, al-fithrah, dan sebagainya.[6] Masing-masing aspek tersebut memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan perilaku yang perlu dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah pemikiran Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya. Sebagai satu organisasi permanen, jiwa manusia bersifat potensial yang aktualisasinya dalam bentuk perilaku sangat tergantung pada daya upaya (ikhtiyar)-nya. Dari sini nampak bahwa psikologi Islam mengakui adanya kesadaran dan kebebasan manusia untuk berkreasi, berpikir, berkehendak, dan bersikap secara sadar, walaupun dalam kebebasan tersebut tetap dalam koredor sunnah-sunnah Allah Swt.
Ketiga, bahwa Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik. Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, lalu ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kualitas hidup. Psikologi Islam merupakan salah satu disiplin yang membantu seseorang untuk memahami ekspresi diri, aktualisasi diri, realisasi diri, konsep diri, citra diri, harga diri, kesadaran diri, kontrol diri, dan evaluasi diri, baik untuk diri sendiri atau diri orang lain. Jika dalam pemahaman diri tersebut ditemukan adanya penyimpangan perilaku maka Psikologi Islam berusaha menawarkan berbagai konsep yang bernuasa ilahiyah, agar dapat mengarahkan kualitas hidup yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat menikmati kebahagiaan hidup di segala zaman. Walhasil, mempelajari psikologi Islam dapat berimplikasi membahagiakan diri sendiri dan orang lain, bukan menambah masalah baru seperti hidup dalam keterasiangan, kegersangan, dan kegelisahan.
Psikologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang objektif, bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat supra ilmiah. Anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo-ilmiah adalah tidak benar, sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas ilmiah. Objektifitas suatu ilmu hanyalah persoalan kesepakatan, yang kreterianya bukan hanya kuantitatif melainkan juga kualitatif. Psikologi Kontemporer telah mendapatkan kesepakatan dari kalangannya sendiri. Demikian juga Psikologi Islam telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan kaum muslimin. Jika orang lain berani mengedepankan pemikiran psikologi melalui pola pikirnya sendiri, serta mengklaim keabsahan dan objektifitasnya, lalu mengapa kita tidak berani melakukan hal yang sama, yaitu mengedepankan pemikiran Psikologi Islam berdasarkan pola pikir Islam.
Hall dan Lindzey menyatakan bahwa tokoh besar seperti Freud, Jung dan McDougall tidak hanya berijazah dalam ilmu kedokteran, tetapi juga berpraktek sebagai ahli psikoterapi. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan psikologi bersumber dari profesi dan lingkungan praktek kedokteran dan bukan berasal dari penelitian akademik. Banyak di antara metode dan teknik yang dikembangkan justru menyalahi dan memberontak terhadap masalah-masalah normatif yang sudah mapan di lingkungan akademik. Problem seperti ini bukan menjadikan psikologi kepribadan dilupakan, tetapi malah memiliki implikasi penting dalam pengembangan diskursus-diskursus lain.[7]
Kondisi ini menunjukkan bahwa Psikologi Kontemporer Barat pada mulanya tidak mengikuti aturan-aturan ilmiah yang berlaku di dunia akademik, tetapi setelah teori-teori mereka teruji secara empirik dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, maka pemikiran mereka diakui sebagai disiplin yang objektif.
Para pemerhati, analis dan peneliti disiplin psikologi akhir-kahir ini telah membukan jendela untuk ‘mengintip’ wacana yang berkembang di dalam khazanah Islam.[8] Mereka sadar bahwa Psikologi Barat Kontemporer baru berusia dua abad, padahal upaya-upaya pengungkapan fenomena kejiwaan dalam Islam telah lama berkembang. Mereka mengetahui kedalaman materinya, lalu mereka masuk ke dalamnya dan mencoba mempopulerkannya. Hall dan Lindzey telah menulis satu bab khusus untuk ‘Psikologi Timur’. Menurutnya, salah satu sumber yang sangat kaya dari psikologi yang dirumuskan dengan baik adalah agama-agama Timur. Dalam dunia Islam, para sufi (pengamal ajaran tasawwuf) telah bertindak sebagai para psikolog terapan.[9]
Tasawwuf merupakan dimensi esoteris (batiniah) dalam Islam, yang membicarakan struktur jiwa, dinamika proses dan perkembangannya, penyakit jiwa dan terapinya, proses penempaan diri di dunia spiritual (suluk), proses penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs) dan cara-cara menjaga kesehatan mental, dan sebagainya. Aspek-aspek ini dalam sains modern masuk ke dalam wilayah psikologi.
[1] Frank. J. Bruno, Kamus Istilah Kunci Psikologi, terj. Cecilia G. Samekto, judul asli, "Dictionary of Key in Psychology",(Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 236-237
[2] Misalnya yang terjadi pada aliran Behaviorisme John Dollard, Neal E. Miller, B.F. Skinner dari Psiko-operan yang tidak begitu tertarik dengan persoalan struktur kejiwaan manusia yang menetap dan relatif stabil. Mereka lebih berminat mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengakibatkan respons-respons tertentu yang pada gilirannya membangkitkan stimulus-stimulus yang memiliki sifat pendorong. Atau berminat pada tingkah laku yang dapat diubah. Lihat!, Calvin Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Sifat dan Psikobehavioristik, diterjmahkan oleh Yustinus, judul asli; “Theories of Personality”, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hh. 320-221,326
[3] Lihat! “Nafsiologi; Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi” (1986) karya Sukanto Mulyomartono, kemudian disempurnakan bersama A. Dardiri Hasyim dengan judul “Nafsiologi; Sebuah Kajian Analitik” (1995); (2) “Nahw 'Ilm al-Nafs al-Islâmiy” (1979) karya Hasan Muhammad al-Syarqawiy; (3) “‘Ilm al-Nafs al-Ma’âshir fi Dhaw'i al-Islâm” (1983) karya Muhammad Mahmud Mahmud; (4) “’Ilm al-Nafs al-Islamiy” (1989) karya Ma’ruf Zarif; dan (5) “al-Qur’an wa ‘Ilm al-Nafs” (1982) karya Muhammad Usman Najati.
[4] Asas-asas Psikologi Ilahiah; Sistema Mekanisme Hubungan antara Roh dan Jasad (1990)” karya H.S. Zuardin Azzaino.
[5] Maksud keunikan di sini terutama menyangkut masalah-masalah yang mendasar (kerangka filosofis) dan bukan masalah-masalah teknis-operasional. Psikologi Islam tidak akan mentolerir masalah-masalah yang fundamenatal, sebab jika hal itu diabaikan maka mengakibatkan pengkaburan antara hakekat Psikologi Islam dengan Psikologi Kontemporer Barat. Sedangkan masalah-masalah teknik-operasional, Islam tidak banyak menyinggungnya, sehingga tidak ada salahnya jika mengadopsi dari yang lain. Misalnya dalam pembagian struktur manusia, Islam tidak menerima teori Sigmund Freud yang membagi struktur jiwa manusia dengan id, ego, dan super ego. Pembagian ini menafikan alam supra sadar, sehingga kepercayaan akan Tuhan atau agama dinyatakan sebagai delusi atau ilusi. Islam mempercayai adanya struktur al-ruh yang berdimensi ilahiyah dan bersentuhan dengan alam supra sadar, sehingga orang yang beragama merupakan bentuk tertinggi dari aktualisasi diri kepribadian manusia. Demikian juga masalah mimpi. Freud dan para psikolog lainnya menyatakan bahwa mimpi hanyalah produk psikis, sedangkan dalam Islam, mimpi boleh jadi berasal dari produk psikis, dan boleh jadi dari dunia eksternal seperti dari Tuhan dan syetan. Jika seseorang tidak percaya adanya mimpi dari dunia eksternal berarti ia tidak mempercayai sebagian wahyu, sebab sebagian wahyu ada yang diterima oleh Nabi melalui mimpi. Namun jika persoalan mimpi berkaitan dengan teknik analisis untuk keperluan terapi, maka tidak ada salahnya jika hal itu diadopsi dari teori Freud atau psikolog yang lain.
[6] Penjelasan masing-masing term tersebut dapat dilihat dalam pembahasan struktur dan dinamikanya.
[7] Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), terj. Yustinus, judul asli, "Theories of Personality", (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hh. 20-21
[8] Di antaranya: (1) Shafii, Freedom from the Self: Sufism, Meditation, and Psychotherapy, (1985); (2) Hoesen Nasr (ed.), Islamic Spirituality: Foundation, (1989); dan (3) Ronald Alan Nicholson, Fi al-Tashawwuf al-Islami wa Tarihihi, terj. Abu al-‘ala al-Afifi (1969).
[9] Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), terj. Yustinus, judul asli, “Theories of Personality”, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 222
Hakekat definisi tersebut mengandung tiga unsur pokok keilmuan. Pertama, bahwa psikologi Islam merupakan salah satu dari kajian masalah-masalah keislaman. Ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain, seperti Ekonomi Islam, Sosiologi Islam, Politik Islam, Kebudayaan Islam, dan sebagaianya. Penempatan kata “Islam” di sini memiliki arti corak, cara pandang, pola pikir, paradigma, atau aliran. Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memilili pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi dalam Islam, sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.[5]
Tentunya hal itu tidak terlepas dari kerangka ontologi (hakekat jiwa), epistimologi (bagaimana cara mempelajari jiwa), dan aksiologi (tujuan mempelajari jiwa) dalam Islam. Melalui kerangka ini maka akan tercipta beberapa bagian psikologi dalam Islam, seperti Psikopatologi Islam, Psikoterapi Islam, Psikologi Agama Islam, Psikologi Perkembangan Islam, Psikologi Sosial Islam, dan sebagainya.
Kedua, bahwa Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-ruh, al-nafs, al-kalb, al-`aql, al-dhamir, al-lubb, al-fu’ad, al-sirr, al-fithrah, dan sebagainya.[6] Masing-masing aspek tersebut memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan perilaku yang perlu dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah pemikiran Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya. Sebagai satu organisasi permanen, jiwa manusia bersifat potensial yang aktualisasinya dalam bentuk perilaku sangat tergantung pada daya upaya (ikhtiyar)-nya. Dari sini nampak bahwa psikologi Islam mengakui adanya kesadaran dan kebebasan manusia untuk berkreasi, berpikir, berkehendak, dan bersikap secara sadar, walaupun dalam kebebasan tersebut tetap dalam koredor sunnah-sunnah Allah Swt.
Ketiga, bahwa Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik. Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, lalu ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kualitas hidup. Psikologi Islam merupakan salah satu disiplin yang membantu seseorang untuk memahami ekspresi diri, aktualisasi diri, realisasi diri, konsep diri, citra diri, harga diri, kesadaran diri, kontrol diri, dan evaluasi diri, baik untuk diri sendiri atau diri orang lain. Jika dalam pemahaman diri tersebut ditemukan adanya penyimpangan perilaku maka Psikologi Islam berusaha menawarkan berbagai konsep yang bernuasa ilahiyah, agar dapat mengarahkan kualitas hidup yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat menikmati kebahagiaan hidup di segala zaman. Walhasil, mempelajari psikologi Islam dapat berimplikasi membahagiakan diri sendiri dan orang lain, bukan menambah masalah baru seperti hidup dalam keterasiangan, kegersangan, dan kegelisahan.
Psikologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang objektif, bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat supra ilmiah. Anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo-ilmiah adalah tidak benar, sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas ilmiah. Objektifitas suatu ilmu hanyalah persoalan kesepakatan, yang kreterianya bukan hanya kuantitatif melainkan juga kualitatif. Psikologi Kontemporer telah mendapatkan kesepakatan dari kalangannya sendiri. Demikian juga Psikologi Islam telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan kaum muslimin. Jika orang lain berani mengedepankan pemikiran psikologi melalui pola pikirnya sendiri, serta mengklaim keabsahan dan objektifitasnya, lalu mengapa kita tidak berani melakukan hal yang sama, yaitu mengedepankan pemikiran Psikologi Islam berdasarkan pola pikir Islam.
Hall dan Lindzey menyatakan bahwa tokoh besar seperti Freud, Jung dan McDougall tidak hanya berijazah dalam ilmu kedokteran, tetapi juga berpraktek sebagai ahli psikoterapi. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan psikologi bersumber dari profesi dan lingkungan praktek kedokteran dan bukan berasal dari penelitian akademik. Banyak di antara metode dan teknik yang dikembangkan justru menyalahi dan memberontak terhadap masalah-masalah normatif yang sudah mapan di lingkungan akademik. Problem seperti ini bukan menjadikan psikologi kepribadan dilupakan, tetapi malah memiliki implikasi penting dalam pengembangan diskursus-diskursus lain.[7]
Kondisi ini menunjukkan bahwa Psikologi Kontemporer Barat pada mulanya tidak mengikuti aturan-aturan ilmiah yang berlaku di dunia akademik, tetapi setelah teori-teori mereka teruji secara empirik dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, maka pemikiran mereka diakui sebagai disiplin yang objektif.
Para pemerhati, analis dan peneliti disiplin psikologi akhir-kahir ini telah membukan jendela untuk ‘mengintip’ wacana yang berkembang di dalam khazanah Islam.[8] Mereka sadar bahwa Psikologi Barat Kontemporer baru berusia dua abad, padahal upaya-upaya pengungkapan fenomena kejiwaan dalam Islam telah lama berkembang. Mereka mengetahui kedalaman materinya, lalu mereka masuk ke dalamnya dan mencoba mempopulerkannya. Hall dan Lindzey telah menulis satu bab khusus untuk ‘Psikologi Timur’. Menurutnya, salah satu sumber yang sangat kaya dari psikologi yang dirumuskan dengan baik adalah agama-agama Timur. Dalam dunia Islam, para sufi (pengamal ajaran tasawwuf) telah bertindak sebagai para psikolog terapan.[9]
Tasawwuf merupakan dimensi esoteris (batiniah) dalam Islam, yang membicarakan struktur jiwa, dinamika proses dan perkembangannya, penyakit jiwa dan terapinya, proses penempaan diri di dunia spiritual (suluk), proses penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs) dan cara-cara menjaga kesehatan mental, dan sebagainya. Aspek-aspek ini dalam sains modern masuk ke dalam wilayah psikologi.
Sumberhttp://labqidamahum60.blogspot.com/
[1] Frank. J. Bruno, Kamus Istilah Kunci Psikologi, terj. Cecilia G. Samekto, judul asli, "Dictionary of Key in Psychology",(Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 236-237
[2] Misalnya yang terjadi pada aliran Behaviorisme John Dollard, Neal E. Miller, B.F. Skinner dari Psiko-operan yang tidak begitu tertarik dengan persoalan struktur kejiwaan manusia yang menetap dan relatif stabil. Mereka lebih berminat mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengakibatkan respons-respons tertentu yang pada gilirannya membangkitkan stimulus-stimulus yang memiliki sifat pendorong. Atau berminat pada tingkah laku yang dapat diubah. Lihat!, Calvin Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Sifat dan Psikobehavioristik, diterjmahkan oleh Yustinus, judul asli; “Theories of Personality”, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hh. 320-221,326
[3] Lihat! “Nafsiologi; Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi” (1986) karya Sukanto Mulyomartono, kemudian disempurnakan bersama A. Dardiri Hasyim dengan judul “Nafsiologi; Sebuah Kajian Analitik” (1995); (2) “Nahw 'Ilm al-Nafs al-Islâmiy” (1979) karya Hasan Muhammad al-Syarqawiy; (3) “‘Ilm al-Nafs al-Ma’âshir fi Dhaw'i al-Islâm” (1983) karya Muhammad Mahmud Mahmud; (4) “’Ilm al-Nafs al-Islamiy” (1989) karya Ma’ruf Zarif; dan (5) “al-Qur’an wa ‘Ilm al-Nafs” (1982) karya Muhammad Usman Najati.
[4] Asas-asas Psikologi Ilahiah; Sistema Mekanisme Hubungan antara Roh dan Jasad (1990)” karya H.S. Zuardin Azzaino.
[5] Maksud keunikan di sini terutama menyangkut masalah-masalah yang mendasar (kerangka filosofis) dan bukan masalah-masalah teknis-operasional. Psikologi Islam tidak akan mentolerir masalah-masalah yang fundamenatal, sebab jika hal itu diabaikan maka mengakibatkan pengkaburan antara hakekat Psikologi Islam dengan Psikologi Kontemporer Barat. Sedangkan masalah-masalah teknik-operasional, Islam tidak banyak menyinggungnya, sehingga tidak ada salahnya jika mengadopsi dari yang lain. Misalnya dalam pembagian struktur manusia, Islam tidak menerima teori Sigmund Freud yang membagi struktur jiwa manusia dengan id, ego, dan super ego. Pembagian ini menafikan alam supra sadar, sehingga kepercayaan akan Tuhan atau agama dinyatakan sebagai delusi atau ilusi. Islam mempercayai adanya struktur al-ruh yang berdimensi ilahiyah dan bersentuhan dengan alam supra sadar, sehingga orang yang beragama merupakan bentuk tertinggi dari aktualisasi diri kepribadian manusia. Demikian juga masalah mimpi. Freud dan para psikolog lainnya menyatakan bahwa mimpi hanyalah produk psikis, sedangkan dalam Islam, mimpi boleh jadi berasal dari produk psikis, dan boleh jadi dari dunia eksternal seperti dari Tuhan dan syetan. Jika seseorang tidak percaya adanya mimpi dari dunia eksternal berarti ia tidak mempercayai sebagian wahyu, sebab sebagian wahyu ada yang diterima oleh Nabi melalui mimpi. Namun jika persoalan mimpi berkaitan dengan teknik analisis untuk keperluan terapi, maka tidak ada salahnya jika hal itu diadopsi dari teori Freud atau psikolog yang lain.
[6] Penjelasan masing-masing term tersebut dapat dilihat dalam pembahasan struktur dan dinamikanya.
[7] Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), terj. Yustinus, judul asli, "Theories of Personality", (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hh. 20-21
[8] Di antaranya: (1) Shafii, Freedom from the Self: Sufism, Meditation, and Psychotherapy, (1985); (2) Hoesen Nasr (ed.), Islamic Spirituality: Foundation, (1989); dan (3) Ronald Alan Nicholson, Fi al-Tashawwuf al-Islami wa Tarihihi, terj. Abu al-‘ala al-Afifi (1969).
[9] Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), terj. Yustinus, judul asli, “Theories of Personality”, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 222
Jumat, 31 Desember 2010
Agenda Kegiatan Pelatihan
Hari Pertama 28/12/10
Pelatihan Pembelajaran Berbasis TIK Bagi Guru Pendidikan Agama Islam ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag Kepri Drs. H. Razali pada tanggal 28 Desember 2010 Pukul 14.00 WIB. Sambutan juga disampaikan oleh Direktur SEAMOLEC Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto, yang diwakili oleh Muhammad Andriansyah. Acara ini dihadiri oleh Kabid Pendis Drs. H. Raja Asnan, Kasi PAIS Dra. Hj. Rasdiyati, staff PT. POS Kota Tanjung Pinang Widhy, beserta 30 orang Peserta Pelatihan. Peserta pelatihan adalah guru PAI terbaik yang dipilih berdasarkan kompetensi dan pengalaman, tersebar di 4 Kabupaten Kepulauan Riau, yaitu Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.
Pada pukul 19.30 acara dilanjutkan dengan Pre-Test untuk mengukur secara formatif kemampuan peserta dalam bidang ICT. Hasil Pre-Test yang diperoleh adalah sebagai berikut:
- - Yang menjawab benar ≥ 10 Soal dari 15 Soal Pilihan Ganda adalah 8 Orang.
- - Peserta yang mengakses Komputer > 3 Jam : 5 Orang.
- - Akses Internet : 4 Orang.
- - Memiliki alamat Email yang dibuat sendiri: 3 Orang, dibuatkan: 9 Orang.
- - Mengerti / menguasai aplikasi presentasi: 11 Orang dan aplikasi spreadsheet: 18 Orang
Hari Kedua 29/12/10
Materi pelatihan dimulai dengan menjelaskan konsep pengintegrasian TIK dalam pembelajaran. Dilanjutkan dengan praktek menggunakan media penyaji/presentasi berbasis Microsoft Powerpoint untuk menyampaikan bahan ajar. Setelah selesai, peserta diminta untuk mencari sumber bahan ajar di internet. Acara pelatihan diselenggarakan mulai pukul 08.00 s.d 18.00 WIB atas kesepakatan instruktur dan peserta, dikarenakan momen piala Asean Football Federation (AFF). Instruktur memberikan tugas kepada para peserta untuk menyelesaikan secara mandiri materi presentasi dengan powerpoint.
Hari Ketiga 30/12/10
Pelatihan dimulai pukul 07.30 s.d 23.30 WIB. Materi pelatihan pada hari ini adalah pembuatan Email dan Mailing List berbasis Yahoo!. Setelah itu, peserta diajarkan Mailing List (Email Grouping). Alamat mailing list yang berhasil dibuat adalah "tpinangpai@yahoogroups.com". Peserta kemudian mengirimkan hasil tugas powerpoint melalui email dan mailing list yang ditujukan kepada instruktur dan koordinator pelatihan SEAMOLEC. Secara otomatis dengan adanya mailing list, maka semua peserta dapat menerima hasil tugas powerpoint yang dikerjakan oleh rekan-rekannya di emailnya masing-masing.
Setelah membuat email dan mailing list, peserta diajarkan membuat blog. Situs blog yang digunakan adalah Blogger, salah satu aplikasi ciptaan Google. Ketigapuluh peserta membuat blog masing-masing dan mengisi konten di dalamnya. Antusiasme dan semangat peserta sangat tinggi untuk mengenal internet dan blog, sampai-sampai pelatihan ini ditutup pada pukul 23.30 WIB.
Kendala yang dihadapi peserta adalah sulitnya mengingat alamat email dan blog. Kebutuhan akan sign in / sign out (masuk / keluar) email dan blog dengan kode sandi yang berbeda, membuat mereka sangat kesulitan dan kebingungan. Setiap kali harus kembali melihat catatan alamat email / blog, kode sandinya dan bahkan lupa kode sandi karena berbeda dengan catatannya di dalam buku. Hal ini memang dimaklumi, karena merupakan hal pertama bagi sebagian besar peserta (jarang/tidak pernah mengakses internet sama sekali).
Hari Terakhir Pelatihan dan Penutupan
Hari ke-empat 31/12/10Pelaksanaan pelatihan pada hari ke-empat dimulai pukul 08.00 s.d. 11.30 WIB. Acara ditutup sebelum dilaksanakan Sholat Jum'at. Sesi pelatihan pada hari terakhir ini diawali dengan presentasi hasil kerja selama dua hari sebelumnya oleh peserta, yaitu Powerpoint dan Blog.
Untuk powerpoint, peserta yang melakukan presentasi adalah:
1. Sirojuddin, S. Pd. I
2. Asmardi, S. Ag., M. Ag
3. Dra. Hj. Khairiyah | download
4. Milasari, S. Ag | download
5. Bahrudin, S. Ag | download
6. Drs. Jasmar, MA
Untuk blog, peserta yang melakukan presentasi adalah:
1. Abdul Mukti | http://muktismk2btm.blogspot.com/
2. Sukri Kurnaidi, S. Ag., M. Pd | http://sukrigurupaikarimun-kkgpaisdkarimun.blogspot.com/
3. Muhammad Iqbal, M. Ag | http://labqidamahum60.blogspot.com/
Setelah presentasi selesai, acara ditutup secara resmi oleh Kasubdit Pengadaan Kemenag Jakarta Bpk. Mahmud.
Foto Penutupan Pelatihan TIK bagi Guru PAI |
Kamis, 30 Desember 2010
Selamat Datang di PAI Tanjung Pinang
SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Regional Open Learning Centre) adalah lembaga di bawah organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se Asia Tenggara yang memiliki kemampuan dalam hal pendidikan terbuka dan jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (Dit. PAIS) Kementerian Agama yang membina Pendidik dan Tenaga Kependidikan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran.
Pelatihan Pembelajaran Berbasis TIK Bagi Guru Pendidikan Agama Islam ini dilaksanakan di Hotel Plaza, Tanjung Pinang pada tanggal 28-31 Desember 2010.
Tujuan
Tujuan pendidikan dan pelatihan ini adalah agar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mata pelajaran pendidikan agama di SD, SMP, SMA dan SMK memiliki kompetensi dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dikelolanya dapat berjalan secara efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Untuk mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan tersebut masing-masing guru diharapkan memiliki karakteristik kemampuan sebagai berikut :
a. mampu menjelaskan konsep pengintegrasian TIK dalam pembelajaran;
b. mampu membuat media penyaji;
c. mampu membuat e-mail dan dapat mencari sumber belajar berbasis internet;
d. mampu membuat dan memanfaatkan blog dalam pembelajaran.
Mailing List PAI Tanjung Pinang : tpinangpai@yahoogroups.com (klik alamat disamping untuk join group).
Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut:
1 Zariah, S. Pd. I, SDN 4 Bintan Utara | http://zariahjai.blogspot.com/
2 Alhabisi, S. Pd. I, SDN 11 Bintan Timur | http://habsiberkarya.blogspot.com/
3 Nasrullah, S. Ag, SMPN 2 Bintan Timur | http://nasrullahnas.blogspot.com/
4 Hosni, S.Ag, SMPN 4 Bintan | http://nehosni.blogspot.com/
5 Mungin Pribadi, S. Ag., M. Pd, SMAN 1 Bintan | http://mungin.blogspot.com/
6 Rohaida, S. Ag, SMAN 3 Bintan | http://rohid67.blogspot.com/
7 Hj. Sulasmi, S.Pd.I, SDN 001 Tanjungpinang Barat | http://sulasmilas.blogspot.com/
8 Zamroni, S.Pd.I, SDN 006 Tanjungpinang Barat | http://kuantan-zamroni.blogspot.com/
9 Milasari, S.Ag, SMPN 2 Tanjungpinang | http://milasari181084.blogspot.com/
10 Alwi Jamaluddin, S.Ag, SMPN 13 Satu Atap Tanjungpinang | http://jamalalwi.blogspot.com/
11 Asmardi, S.Ag., M.Ag, SMAN 3 Tanjungpinang | http://asmardimisbah.blogspot.com/
12 Muhammad Iqbal, M.Ag, SMKN 2 Tanjungpinang | http://labqidamahum60.blogspot.com/ , http://muhamadqbl.blogspot.com/
13 Muhammad Amiruddin, S.Ag, SMAN 2 Tanjungpinang | http://muhammadamiruddin.blogspot.com/
14 Amir Mahmud Zein NST, S.Pd. I, SDN 005 Sagulung | http://amir-marhaban.blogspot.com/
15 Sirojuddin, S.Pd. I, SDN 001 Batu Ampar | http://suryati.blogspot.com/
16 Heri Supratiyo, S.Ag, SMPN 42 Batam | http://herisupratiyo.blogspot.com/
17 Sudirman, S.Ag, SMPN 18 Sembulang | http://sadai-sudirmans.blogspot.com/
18 Indramawan, S.Ag, SMAN 18 Batam | http://indramawanfikal.blogspot.com/
19 Bakrudin, S.Ag, SMAN 10 Batam | http://bahrudinfahmi.blogspot.com/
20 Abdul Mukti, SMKN 2 Batam | http://muktismk2btm.blogspot.com/
21 Drs. Jasmar, MA, SMKN 1 Batam | http://mraflyjas.blogspot.com/
22 Sukri Kurnaidi, S.Ag., M. Pd, SDN 002 Teluk Air | http://sukrigurupaikarimun-kkgpaisdkarimun.blogspot.com/
23 Dra. Hj. Khairiyah, SDN 013 Teluk Air | http://khairiyahcom-khairiyah.blogspot.com/
24 Saputra, S.Ag, SMPN 3 Karimun | http://saputracom-karimun.blogspot.com/
25 Syamsul Anwar, S.Ag, SMPN 2 Kundur | http://egawirda.blogspot.com/
26 Sayed Ismail, S.Ag, SMAN 1 durai | http://sayedismailcomkarimun.blogspot.com/
27 Miftahuddin Edy, S. Pd. I, SMKN 1 Karimun | http://edyberkarya.blogspot.com/
28 Dorpamen, S.Ag, SDN 002 Lingga | http://dorpamenpamen.blogspot.com/
29 Nurlaila Susanti, S.Ag, SMPN 3 Sinkep Barat | http://nurlailaella.blogspot.com/
30 Drs. Humaidi, SMAN 1 Singkep | http://humaidihahhamzah.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)